Terdapat sekitar 1,7 miliar orang di dunia yang tidak memiliki rekening bank atau hubungan apapun dengan lembaga keuangan menurut laporan Bank Dunia Global Findex 2017.

Teknologi blockchain dan kripto bisa membawa perubahan dengan potensi yang mereka miliki untuk membawa perbankan ke pihak-pihak yang belum memiliki rekening bank. Jadi tidak perlu diragukan lagi, potensi yang dimiliki oleh teknologi yang inovatif ini akan mengubah dunia dengan drastis.

Dilansir dari Times of India, pemerintah dan bank sentra di seluruh dunia terus diinformasikan mengenai apakah Bitcoin harus diperlakukan sebagai komoditas, mata uang atau aset. Sementara seperti Visa dan MasterCard telah menawarkan transaksi tanpa uang tunai selama beberapa dekade, struktur biayanya bisa sangat mahal bagi pedagang kecil. Paradigma kripto adalah desentralisasi dan peer to peer yang artinya bahawa perantara dan biaya mereka yang tinggi tidak ada.

Seperti contoh negara Amerika Selatan dan Venezuela adalah contoh cemerlang tentang bagaimana kripto menyediakan inklusi bagi yang tidak memiliki rekening bank. Selama beberapa tahun terakhir Venezuela mengalami masa sulit di bidang perekonomian, dengan mata uangnya Bolivar yang mengalami hiperinflasi sejak 2016.

Bank sentral negara itu juga memperkiakan bahwa tingkat inflasi antara 206 dan April 2019 mengalami pengingkatan sebesar 53.798.500 persen. Mengigat devaluasi cepat Bolivar, sebagian besar populasi Venezuela mulai menggunakan Bitcoin sebagai mata uang alternatif.

Dilansir dari LocalBitcoins, volume perdagangan mingguan di negara tersebut meningkat sejak 2017. Dalam wawancara nya  dengan BBC, seorang penduduk setempat mengatakan bahwa kripto memungkinkan mereka mengambil kendali penuh atas uang mereka, tanpa bank dan pihak ketiga. Banyak orang lain juga mengatakan bahwa mereka lebih suka menerima gaji atau pembayaran lain dalam mata uang digital.

Authored by Agnes Hutagalung